Perlombaan

 Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh 

    Perkenalkan, nama aku Fazira Fadwah Azkia. Aku merupakan seorang anak perempuan yang bersekolah di Madrasah Aliyah Swasta Al-itqon, dan tinggal di asrama Pondok Pesantren Al-itqon. Letak sekolah dan asrama ku di Jalan H. Selong no.14, Duri Kosambi, Cengkareng, Jakarta Barat. Aku menjadi siswa dan santri di sana selama 6 tahun, dari aku memulai masa tsanawiyah sampai akhir masa aliyah.

     Ketika aku duduk di kelas 3 madrasah aliyah, banyak sekali kegiatan yang aku lakukan untuk menempuh masa akhir sekolah. Diantaranya adalah pendalaman materi, ujian praktek, kegiatan diniyah, ujian lisan dan ujian tulis di asrama. Di sela-sela padatnya kegiatan sebelum kelulusan, pihak sekolah mengumumkan adanya perlombaan bidang umum dan bidang agama. Perlombaan bidang umum meliputi Olimpiade Bahasa dan Sastra Indonesia, Olimpiade Matematika, dan Cipta Puisi. Sedangkan perlombaan bidang agama meliputi Musabaqah Qira'atil Kutub, Musabaqah Tilawatil Qur'an, dan Musabaqah Syarhil Qur'an.

    Adapun untuk perlombaan di bidang umum, hanya diselenggarakan untuk tingkat madrasah aliyah saja. Yang mana pada saat itu, setiap wali kelas memilih 5 besar di kelasnya untuk dijadikan kandidat peserta lomba. Dan alhamdulillah, aku masuk ke dalam 5 kandidat peserta tersebut dan menjalani tahap penyeleksian bersama teman-teman yang lain. Ketika pengumuman tiba, ternyata hanya 4 orang saja dari kelas kami yang berhasil lolos untuk menjadi peserta lomba. Diantaranya adalah aku, Eka, Rifa, dan Intan.

    Ketika pengumuman sudah keluar, kami di utus untuk menjadi peserta lomba Olimpiade Bahasa dan Sastra Indonesia yang diadakan oleh Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. kami pun di bagi menjadi 2 regu, regu A beranggotakan 2 siswi kelas 3 madrasah aliyah dan 1 siswi kelas 2 madrasah aliyah, dan regu B beranggotakan 2 siswi kelas 3 madrasah aliyah dan 1 siswi kelas 1 madrasah aliyah.

    Aku pun terpilih menjadi anggota regu B. Walaupun tidak menjadi regu yang pertama, tetapi aku tetap berusaha menjadikan reguku tidak kalah saing dengan regu yang pertama. Dan perbedaan regu ini tidak menjadikan kami saling merendahkan satu sama lain, karena kami tetap bahu-membahu selama proses pembekalan materi perlombaan.

    Setiap sore hari, sepulang kegiatan diniyah, kami langsung bersiap-siap untuk menghadiri pembekalan materi perlombaan di sekolah. Kadang aku pun tidak mengikuti pendalaman materi untuk persiapan ujian kelulusan, karena aku harus mengejar materi untuk lomba yang akan datang. pembekalan materi perlombaan dilaksanakan dari setelah ashar sampai menjelang maghrib, aku pun pernah kelelahan karena agenda yang sangat padat tersebut.

    Hari demi hari sudah aku lewati, sampai waktu yang aku nantikan tiba. aku sadar, pembekalan materi untuk persiapan lomba belum matang, karena hanya berlangsung sekitar 20 hari. Oleh karena itu, aku tidak berharap banyak pada perlombaan ini, mengingat juga banyak sekolah negeri yang menjadi lawan kami pada saat itu. 

    Perlombaan OBSI tersebut dilaksanakan pada tanggal 28 oktober 2019, bertepatan dengan hari sumpah pemuda. Acara tersebut di hadiri oleh 37 sekolah, yang di dominasi oleh sekolah negeri. Acara lomba pun di bagi menjadi 3 sesi, yakni babak penyisihan, babak semifinal, dan babak final. Babak penyisihan berlangsung selama 3 jam, di sana kami disajikan soal-soal Bahasa dan Sastra Indonesia yang rumit dan banyak sekali. aku katakan rumit karena aku kurang menguasai pelajaran Bahasa Indonesia dan kurangnya pembekalan materi dari pihak sekolah. 

    Setelah selesai mengerjakan soal-soal olimpiade, kami pun menunggu pengumuman babak selanjutnya di ruang yang telah disediakan. Setelah menunggu beberapa menit, panitia pun memberikan pengumuman bahwa yang lolos ke babak semifinal hanya 8 besar saja. Sedangkan setelah mendengarkan rangkaian pengumuman, regu aku hanya masuk ke urutan ke 13 saja. Tetapi tidak apa, masuk ke dalam 13 besar dari 37 sekolah sudah membuatku senang dan bangga. 

    Setelah pengumuman berakhir, kami menemui guru pembimbing kami untuk meminta maaf karena telah mengecewakan mereka. Namun mereka tidak marah atau kecewa, mereka tetap bangga karena anak didiknya telah berusaha secara maksimal. Aku, teman-temanku, dan guru-guruku pun melakukan sesi foto di depan poster perlombaan, untuk mengenang peristiwa berharga dan untuk oleh-oleh yang nanti nya akan ku abadikan di dalam memori hidup. 


    Pelajaran yang dapat aku ambil dari cerita perlombaan ini adalah tetap berusaha secara maksimal, jangan mengecewakan orang yang telah percaya kepada kita, jangan menyerah, dan yang paling penting adalah bangga mempelajari bahasa Indonesia, serta jangan meremehkan Bahasa Indonesia. Walaupun terlihat mudah, tetapi di dalamnya terdapat rangkaian kaidah bahasa yang harus kita ketahui dan kita pelajari untuk bekal kita sebagai pemudi bangsa Indonesia. 


Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh






 


Komentar

Postingan Populer